Thursday, June 4, 2009

Ketidaktahuan perempuan untuk menjadi seorang perempuan

lalu kepada siapa aku ditujukan? Aku manusia tanpa "senjata" di antara paha. Aku berbeda dengan dia, gender yang lebih sering keras kepala. Lalu bagaimana?

Ketika meninggalkan engkau, wahai pria...aku lalu jatuh. Lebih dalam ketika aku menemukan cinta yang nyaris serupa. Kebodohan itu ingin aku tinggalkan. Biarkan saja kutemukan belakangan. Namun kini, tetap saja datang lagi. Seperti tidak mengenal aku sendiri. Menyesali perpisahan? Perempuan memang kejam namun lebih berperasaan. Aneh tapi nyata. Absurd tapi realita.

Ketika ditinggalkan engkau, wahai lelaki...aku terperosok. Lebih jauh ketika aku mencari sebuah cinta yang baru. Kenangan itu ingin aku buang. Lain kali mungkin tak sengaja kembali kutemukan. Tapi sekarang, masih saja selalu ada. Seperti bukan jiwaku yang sama. Menangisi kepergian? Perempuan memang pejuang namun lebih ingin menunggu. Pasti tapi ragu. Tegar tapi lemah.

Perempuan mana yang tidak belajar menjadi seorang perempuan? Menghias diri setiap pagi atau pergi ke salon seminggu sekali. Mungkin hanya aku yang masih belum bisa memiliki sebuah hati, seorang perempuan dengan kalung asa dan mahkota cinta. Aku lebih banyak mencoba menjadi lelaki, melupakan emosi. Terus berpikir, mencocokkan itu dan ini, meneriakkan kenyataan pada diri sendiri. Lelah? Mungkin sudah...

Aku menjadi semakin tidak tahu. Lalu kepada siapa aku ditujukan? Kaliankah manusia-manusia tanpa dada? siapakah kalian di antaranya? Aku masih belum tahu bagaimana menjadi seorang perempuan bagimu...

Bicara Tentang Waktu

bila berkata tentang waktu, sebuah lagi alasan untuk tak memaku diri dalam diam. Enggan beranjak, biar saja waktu yang bergerak. Ketika hati kecil mengangguk, mengatakan iya...waktu lalu berkata tidak. Ini adalah penentu hidupmu. Sebuah waktu, sepenggal detik, sebaris jam, sebanyak hari... Inilah yang kita punya. Waktu berjalan, beriringan dengan angan. Dia tidak pernah diam, meninggalkan kita yang tersedu atau malah mendorong kita untuk terus maju. Siapa engkau? Siapa kamu?

Tidak terasa setahun lagi terlewati, sebuah masa diri. Menjadi apa aku kini? Waktu yang lalu, tetaplah sama. Tetap berdetak 60 kali setiap menitnya. Namun kita berubah, wahai manusia. Siapa aku? Siapa kita?

Esok, aku tidak tahu pasti. Kubiarkan rangkaian keajaiban menyesap dalam tiap waktu yang berjalan. Entah sampai kapan. Biar Dia lah yang hentikan. Aku cukup merangkup kedua tangan, di dadaku aku berseru. "Tuhan, Engkau Maha Tahu... Inilah aku dan segala doaku."

Bagi kamu yang telah melewati lagi sebaris memori dalam hidup. Untuk tahun ini, waktu yang berjalan tetaplah sama untukmu. Akan selalu bergerak dalam nada dan irama seperti biasa. Begitu pun doa yang aku sampaikan pada Tuhan. Semoga engkau berbahagia dalam hidupmu, di hari ulang tahunmu, di tiap waktu yang kau tuju.

Selamat ulang tahun...
(Buat Sanny, Ko Arif, dan siapa aja yang berulang tahun di bulan ini)