Sunday, May 16, 2010

Siapa Saya?

Siapa saya? Belum pernah saya bilang bahwa saya ini adalah manusia biasa-biasa saja? Saya hanya menyukai huruf yang teratur disusun hingga bisa diucapkan berirama. Bukan berarti bahwa semua tulisan saya indah. Tak pantas rasanya.

Siapa saya? Saya ingin menjalani hidup bukan sebuah ketersia-siaan. Saya ingin melangkah, kalau bisa terbang. Saya menikmati dan mensyukuri, walaupun kadang-kadang saya mencaci dan memberontak pada Tuhan. Hidup saya, sekali lagi, biasa saja. Saya bukan seseorang dengan title pekerjaan yang bonafit, di perusahaan ternama, atau pernah kuliah dengan jurusan luar biasa. Hanya biasa saja. Cukup.

Siapa saya?

Rasanya ingin mengacungkan kepalan tangan dan berkata, "Lho, Anda siapa?"

--
(Tanpa gelar hari ke berapa. Cuma sebuah tulisan saja.)
Home, 16 Mei 2010

Monday, May 10, 2010

Herpes Membawa Duka

-edited-


Hari ini adalah hari yang melelahkan. Saya mengira ini masih Sabtu. Ternyata besok adalah hari saya harus memulai minggu baru lagi, bekerja lagi, dikejar deadline lagi, meeting-meeting lagi, dan menulis report dan lain-lain lagi. Saya harus bersemangat! Minggu ini adalah minggu yang penting karena deadline project TVC sudah makin dekat. Saya tidak mau menyia-nyiakan minggu pendek karena terpotong liburan nanti hari Kamis. Walaupun sakit dan sedang berduka karena virus, saya harus bisa berjuang.

Sebenarnya saat ini saya sedang terkena virus. Setelah selesai melewati hari-hari bersahabat dengan flu, sekarang saya pun tertular penyakit yang menyebalkan. Herpes. Tapi tolonglah, jangan berpikir ini adalah penyakit yang tergolong STD (Sexual Transmitted Disease). Jenis herpes ini bukanlah Herpes Genitalis, jadi bagian 'itu' tetap aman jaya kok. Untungnya juga herpes yang saya derita masih tergolong sangat ringan dengan bintik merah yang tidak terlalu banyak dan tidak separah orang-orang lain. Hanya ada beberapa bintik yang menyebar di sekitar ketiak dan satu bagian ruam sekitar 2 cm di situ. Semua adalah gara-gara cacar air yang pernah saya derita dua tahun yang lalu.

Seseorang yang pernah mengalami cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (Immun) melemah, virus akan kembali menyerang dalam bentuk Herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila terserang virus varicella-zoster maka tidak langsung mengalami penyakit herpes zoster akan tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu.

Sama seperti keponakan saya yang baru saya kunjungi minggu kemarin, saya dan dia sama-sama menderita cacar tepat saat lebaran tahun 2008. Saya lebih dulu dua minggu darinya. Sekarang juga dia sedang terkena herpes zoster, tapi pada bagian yang berbeda. Bintik-bintik yang ada pada dia lebih banyak berada di bagian punggung, sedangkan saya berada di lengan atas, dekat ketiak. Yang paling menyebalkan adalah, bintik-bintik ini perih dan membuat saya susah menggunakan tangan sebelah kanan. Sedikit saja bersinggungan dengan pakaian, maka perih pun langsung menyerang.

Sebenarnya bagaimana virus yang sama dengan cacar air ini bisa menular? Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak (terserang) virus varicella-zoster.

Herpes juga bisa menyerang bagian mulut. Dan dikarenakan penyakit ini bisa menular lewat sentuhan, jangan sekali-kali berciuman dengan penderita herpes. Untung saja saya memang belum punya pacar, jadi tidak perlu 'puasa ciuman' sampai saya sehat kembali.

Begini kira-kira gejaa penyakitnya. Gejalanya yaitu berupa luka pada kulit yang terkena virus, dan disertai dengan?rasa nyeri serta panas, kemudian diikuti dengan lepuhan seperti luka bakar dan demam. Lepuhan-lepuhan kulit yang menjadi ciri khas herpes akan mengelupas dengan atau tanpa pengobatan. Terkadang penderita tetap merasa nyeri dan panas meskipun lepuhan-lepuhan itu sudah kering dan mengelupas. Hal itu disebabkan karena virus herpes menyerang bagian saraf.

Sudah cukup informasinya? Bila belum, silahkan klik saja di sini http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-cacar-herpes.html

Mudah-mudahan informasi dari saya bisa sedikit berguna. Dan mudah-mudahan juga saya virus itu 'ogah' berlama-lama mendekam dalam tubuh saya. Amin.

--

Home, 10 May 2010

Friday, May 7, 2010

Sebuah Kata Menyerah

Bila memungkinkan, saya mengucapkannya dengan penuh suka rela. Saya terbebani dengan hidup saya sendiri. Saya tidak mau lagi memaki, mencaci, marah, terbakar amarah. Saya hanya ingin menyerah.

Bila memungkinkan, orang-orang memiliki penilaian yang sama sepertiku. Saya berusaha dan terus dan selalu melakukannya. Saya tidak ingin lagi direndahkan, dihina, dilukai, disakiti. Saya hanya ingin menyerah.

Tentang apa?

Tentang dunia dan seluruh isinya. Menyerah saja dan mundur teratur. Bersembunyi di balik rok ibu atau ketiak bapak. Saya ingin melakukannya tidak sendiri. Tidak berani. Saya hilang arah dan hilang asa.

Sebuah kata menyerah yang membingungkan. Sebuah kata yang terkulum di mulut hingga kutersedak olehnya. Saya telan pelan sambil terbatuk. Kata itu mengalir masuk bersama ludah yang terasa kering. Kata menyerah itu sekali lagi membentur otakku dan mati karenanya. Ia sendiri kalah.

Apakah saya lalu menang? Tidak. Bahkan untuk menyerah pun saya tidak berani. Mengucapkannya seperti bersumpah mati. Saya menutup mata, membiarkan udara menyertai beban di pundakku yang terasa semakin berat, melayangkan mereka hingga jauh. Menyerah dan mati. Itu adalah sebuah konsekuensi. Bertahan lalu menangis. Itu adalah sebuah harga diri.

Kata menyerah yang pelan-pelan hancur dalam perutku, mungkin saja terbakar jadi abu. Jangan kembali! Aku mohon, pergi saja. Kau terlalu menyesakkan. Bukan aku tidak ingin mengucapkan menyerah itu, aku hanya ingin bersahabat denganmu.

--

Home, 7 Mei 2010

Wednesday, May 5, 2010

Masa Kecil



Ada sebuah album warna merah yang sedang menganggur di lantai kamar saya. Di dalamnya banyak sekali gambar-gambar yang bercerita. Sebagian besar, saya kumpulkan ketika masa kuliah. Waktu itu saya terobsesi membuat sebuah kolase foto yang membanggakan yang ternyata sampai sekarang belum kesampaian. Seperti biasa, alasan yang paling benar untuk membenarkan diri saya adalah istilah 'hangat-hangat tai ayam' alias semangat di awal saja.

Karena sedang inisiatif tinggi membersihkan kamar, terjadilah hal itu. Saya kembali bernostalgia dengan masa lalu. Waktu itu saya tinggal bersama dua kakak perempuan yang keduanya badung bukan main. Adik saya belum lahir, belum sempat melihat kelucuan kami-kami waktu kecil. Karena itu juga, saya ingin mengumpulkan koleksi foto supaya adik saya bisa mengetahui dan bangga dengan kami para pendahulunya.

Masa kecil saya biasa saja. Kami tinggal berlima di sebuah rumah yang terbuat dari kayu. Ada tiga kamar dua kamar yang besar-besar di situ. Saya berbagi tempat tidur dengan kedua kakak dan orang tua kami tidur di kamar utama. Saya ingat betul, satu-satunya lemari yang memadai adalah sebuah lemari kayu. Sisanya hanya lemari plastik yang kecil dan tidak indah. Di ruang tamu, sebuah sofa berwarna merah dan bergambar burung cendrawasih adalah satu-satunya tempat 'leyeh-leyeh'. Tapi rumah kami besar, luas dan lengkap dengan halaman plus pohon buah-buahan. Saya biasa bermain di halaman karena gerbang rumah tinggi dan selalu terkunci. Saya dilarang bermain di luar, apalagi dengan tetangga. Ya, kami mahluk antisosial saat itu. Cuma beberapa sepupu yang rumahnya tidak jauh dari situ yang diizinkan menjadi teman main kami.

Dengan keterbatasan teman, saya sering menciptakan permainan-permainan yang tidak membutuhkan peserta. Biasanya saya masak-memasak dengan alat seadanya. Waktu itu, mainan plastik masih tergolong mahal, apalagi dengan tema masak-masakan. Saya biasanya memasak tanah, daun pohon jambu, bunga belimbing, dan apa saja yang saya temukan di halaman. Pernah suatu hari, jari saya teriris dan saya ceburkan begitu saja ke dalam baskom. Alhasil, air dalam baskom penuh dengan darah dan berubah warna. Mama tentu saja shock waktu melihatnya. Tapi tetap saja, air mata saya yang bercucuran tidak meluputkan saya dari marah-marahnya. Kadang, saya bermain 'kubur-kuburan'. Terus terang, ini adalah permainan favorit saya. Saya akan membuat pekuburan mini di dekat pagar, lalu mencubit-cubit kelopak bunga jadi kecil untuk ditaburkan di atasnya, membuat nisan dari lidi. Setelah satu kuburan jadi, saya berpura-pura menjadi salah satu pelawat yang menangis di depan makam. Saya betul-betul bisa menangis saat itu, seperti merasakan kehilangan yang sesungguhnya. Ah, kacau! Ternyata bakat acting saya dulu tidak dilirik oleh produser manapun dan menjadikan saya pemain film.

Tapi dulu, saya sungguh bahagia. Sepertinya masa kecil saya tidak serumit sekarang. Ke mana perginya kesenangan saya waktu dulu? Saat ini saya seperti kehilangan masa-masa itu. Dan bernostalgia selalu berhasil membuat saya kembali bersemangat. Walaupun kami adalah keluarga keturunan tionghua yang kurang bersosialisasi, tapi saya masih ingat kegilaan-kegilaan kami dulu sangatlah menyenangkan. Rasanya ingin kembali ke sana.

Sekarang rumah saya sudah berupa rumah modern dan berada di perumahan yang cukup bagus. Pernah beberapa tahun yang lalu, saya melihat rumah itu lagi. Pohon jambunya masih ada di halaman depan. Pagarnya sudah usang dan rumahnya total tidak terawat. Sayang, sudah bertahun-tahun tidak ditempati. Tetapi kenangan saya yang tertinggal di dalamnya, saya harap masih bisa saya rasakan sampai nanti.

Dua buah foto masa kecil akhirnya saya upload di social media. Saudara-saudara saya tertawa senang. Saya harap mereka juga bisa merasakan dan bernostalgia dengan masa lalu yang lucu. Masa kecil memang menyenangkan untuk dikenang, bukan?



--
Nostalgia selamanya bahagia
Home, 5 Mei 2010

Tuesday, May 4, 2010

Hujan Tengah Malam dan Doa pada Tuhan

Tuhan yang pemurah, titik-titik air yang jatuh ke tanah yang kemudian meloncat-loncat kegirangan di bawah sana, yang menciptakan riak kecil pada tepi jalan, aku syukuri pada malam ini. Mengalirlah sampai ke ujung, terus turun pada selokan yang landai, membawa hatiku jatuh dan berderai. Aku mencintai Engkau.

Malam ini basah. Begitu basah sampai aku harus memeras hatiku yang kebanjiran. Terlalu penuh cinta yang dicurahkan padaku. Engkau sungguh baik. Kau mengisi aku dan memenuhi aku berkali-kali, bahkan ketika aku menjadi pelupa. Tangan yang perkasa itulah yang kembali membawa aku pulang, berlabuh pada-Mu.

Ah, hujan. Selalu saja hujan yang menyuarakan kecintaanku pada-Mu. Mungkin harus kutanyakan pada ibu, apakah aku lahir saat turun hujan deras. Suara-Mu mengalir di telingaku bersamaan dengan gemericik air yang menabuh bumi. Aku ingin merasakan aliran air yang sesungguhnya, yang jarang kurasa saat ku basuh tubuh ketika mandi. Aku ingin merasakan tetes-tetes hujan yang berlomba turun dari dahi hingga ujung kaki. Aku ingin merasakan Engkau.

Air mata hatiku tidak bisa membanjiri lahan di bumi, seperti Engkau yang menyuburkan dunia yang kering. Aku menangis bukan karena kesedihanku, bukan karena putus asa, bukan juga marah atau benci. Aku menangisi siapa? Haruskah aku mengaku bahwa aku sungguh tidak berdaya? Aku berpasrah. Aku mengadukan hidup dan matiku, Tuhan. Engkau pencipta alam. Semoga sudilah Kau mendengar. Dan kupercaya, tak ada air mata yang sia-sia. Kau akan mengganti curahan kepedihanku dengan cinta-Mu.

Amin.

--
In the middle of rain
Home, 4-5-2010

Saturday, May 1, 2010

Pinta Seorang Manusia

Peluh,
Keruh

Sedih,
Pedih

Marah,
Gerah

Kutuai kata-kata
Mengalun tanpa suara

Kumaki dunia
Tertuang dalam air mata

Dawai matahari
Genderang kulit rembulan
Tolong terangi aku
Sekali lagi
Lagi...

Lalu pintaku pada Tuhan
Manusiakan aku
Lebih manusia
Hingga esok
Esok...

Syukur kepada Allah