Friday, November 5, 2010

Rintik Air Mata dan Sebait Doa

Tuhan, aku percaya. Bilamana kehendak-Mu, itulah yang terjadi. Dan jika mungkin aku ingin mendengar. Ku ingin jawaban-Mu atas bencana. Aku enggan menerka. Aku tak mau mengira-ngira.

Ini mungkin menyebalkan, Tuhan. Kau mungkin bosan mendengar ocehan, rengek manja, dan ketidakpuasan yang aku sampaikan. Aku hanya ingin menanyakan, sampai berapa lama lagi bencana itu akan berhenti?

Dan di tengah-tengah kesedihanku melihat tumpukan abu, rumah-rumah terbakar, korban tewas bergelimpangan, manusia-manusia terluka, juga sejumlah pengungsi menderita, aku hanya sanggup menyampaikan protesku. Dan protes itu diiringi air mataku.

Aku ingin kami hidup lebih baik. Aku mau kami terhindar dari derita. Aku butuh Engkau. Kami butuh Engkau. Hadirlah di tengah-tengah luapan kepanikan kami. Juga di sekitar rintih duka kami. Hanya Engkau, ya Tuhan, yang mampu menghapus air mata dari pipi-pipi yang merah akibat api, yang berdebu karena abu.

Tuhan...
Kuatkanlah kami.