Monday, September 7, 2009

Liburan kali ini...

Penuh sekali rasanya isi kepala saya, karena sudah berhari-hari tidak menulis. Biasanya, saya membiasakan diri supaya produktif menulis dan membaca setiap hari. Tapi beda rasanya ketika di rumah, terlalu banyak kegiatan yang sebenarnya kurang penting tapi harus dilakukan juga. Misalnya saja, mencuci mobil. Coba bayangkan, mencuci gigi sendiri dua kali sehari aja sudah berasa rajin banget, apalagi diserahkan tugas mencuci mobil. Tentu saja malasnya gak ketulungan.

Apa mau dikata, ketika saya tidak lagi bisa bebas merdeka. Di rumah, bangun jam delapan pagi pun dianggap kurang pantas bagi seorang gadis. Padahal dulu, waktu masih menikmati hidup sebagai anak kost, tidak ada yang ngomel kalau bangun ketika matahari sudah naik tinggi. Susah payah, setiap hari jam tujuh harus “melek-melek”in mata. Mungkin dalam waktu satu bulan di rumah, mata saya yang sipit ini sudah sedikit membesar akibat kegiatan pagi hari yang menyiksa batin itu, kegiatan “ngumpulin nyawa”.

Bisa dibilang, saya tidak sepenuhnya pengangguran. Kalau diberi istilah, mungkin saya adalah karyawan lepas atau magang. Jangan dikira, di rumah lantas bisa berleha-leha. Anda salah besar, Saudaraku! Di sini saya butuh asupan energi lebih karena pagi hari rentetan tugas sudah menanti. Mulai dari membantu di dapur sampai membantu di luar area dapur. Coba hitung, ada berapa banyak area yang tidak termasuk dapur. Lumayan banyak juga bukan? Kalau di suruh bekerja di area kamar mama misalnya, saya harus membantu beliau ini untuk mengecat rambutnya yang mulai beruban. Belum lagi pegelnya ilang karena tangannya kerja keras, eh si mama malah membuat kegagalan pewarnaan dengan tingkahnya yang sangat inisiatif dan kreatif…yaitu memasker rambutnya setelah dicuci pertama. Jelas-jelas hilang dong obat pewarnanya. Aduh, kalau kejadian sudah begitu terpaksa cuma mengurut dada pas si mama tanya dengan muka polosnya, “Dek, kenapa warnanya gak ada ya?”

Pernah mendengar istilah pucuk dicinta ulam tiba? Nah, bagi saya penyelamat jiwa saya ketika di rumah adalah seorang teman lama yang sering kali mengajak saya makan di luar atau sekedar bertemu saja untuk mengobrol. Kalau sudah tiba waktu untuk keluar rumah, senyum berseri-seri langsung terkembang. Padahal saya ini pengangguran lho. Dapat uang dari mana untuk bisa jajan? Satu-satunya jalan adalah, ya itu tadi. Bekerja sebaik-baiknya di rumah supaya bisa mendapatkan uang jajan yang ideal.

Bahagia bagi saya (dan tentunya bagi keluarga di rumah juga), adalah kami bisa tertawa lebih banyak daripada biasanya. Dengan adanya si babeh a.k.a papih di deket-deket saya, makin banyak lah lelucon yang suka meluncur seadanya. Kadang-kadang di meja makan, di ruang tamu, waktu nonton tv bareng, atau ketika di mobil. Memang ayah satu ini, luar biasa sekali. Kebiasaannya menceritakan lelucon sudah dari bakat lahir yang alami. Sebenarnya tanpa perlu bercerita, dengan melihat wajahnya saja saya sudah ingin tertawa. Malahan, saya lebih suka tertawa keras-keras sebelum ceritanya mulai. Karena biasanya, beliau suka membuat kaliman-kalimat pembuka terlebih dahulu yang membuat kita tersentil urat gelinya.

Seperti kejadian baru-baru ini. Satu jam yang lalu, saya sedang asyik membuka account facebook saya. Tiba-tiba beliau masuk ke kamar dan berkata, “Lia nanti punya anak lima aja ya. Biar aku yang kasih nama”.

Saya lalu cekikikan sambil berusaha menebak, lelucon apa lagi nih kira-kira. Dia menambahkan, “nama-namanya Maribu, Marika, Marice, Marila, dan Marina”.

Saya hanya bisa melanjutkan aksi cekikikan, makin bingung dan makin merasa aneh. Katanya lagi, “biar mudah nanti manggil anak-anaknya semua. Kalo mau panggil lima-limanya sekaligus, tinggal teriak saja… MARIBUKACELANA”.

Kontan saja saya tertawa sekeras-kerasnya mendengar kalimat terakhir dari sang ayah. Begitulah beliau dengan sejuta aksi yang biasanya dipertontonkan kepada kami sekeluarga. Kadang-kadang diikuti dengan tingkah langsung disertai gerakan-gerakan yang membuat ketawa bisa meledak tiba-tiba.

Liburan kali ini berkesan sekali, lengkap dengan penderitaan yang membuat saya “misuh-misuh” sampai cape. Tapi untung saja, saya gak didera sakit seperti tahun kemarin, yang mengharuskan saya tidak keluar rumah selama liburan akibat cacar air dan bentol2 sekujur badan. Masih bersyukur, walaupun tidak punya uang dan kerjaan, saya bisa berkumpul lagi sama the greatest family of the world…hahaha…

Mudah-mudahan saya sempat menuliskan beberapa cerita dan tulisan seperti biasanya. Semoga saja bisa aktif lagi menulis dan membagi pengalaman-pengalaman saya yang tidak terlalu berarti apa-apa. Sedikit saja, sapa saya untuk Anda semuanya di liburan kali ini.

Salam damai….
Tuhan berkati!

No comments: