Monday, September 7, 2009

Kasih Allah


Maka dari setiap langkah yang telah aku tempuh, baik dan buruknya telah menempa aku menjadi sebuah pribadi. Urat-urat dan nadiku tegang menebal dalam lapisan kehidupan. Di balik tulang-belulang, ada materi kasih yang tersebar. Kasih itu meresap dalam. Kasih itu merekat erat.

Pada siapa aku menuntut kasih bisa pergi? Itu telah kubawa dari mula aku lahir ke bumi. Bahkan saat kukuliti diri dan kupatahkan tulang. Bahkan waktu aku menjamah yang tidak seharusnya keraba dan melihat semua yang tak pantas kusapa. Bahkan ketika aku memaki hidupku sendiri dan lupa bersyukur dari sebuah anugerah.

Kasih itu nyata. Dia mengalir sewaktu kuraup bulir-bulir udara. Seperti embusan angin pagi ini yang dapat kurasa. Di dalamnya aku menjadi hidup, sebagai manusia sekaligus hamba. Melalui kasih pula aku terjatuh, berdiri, melangkah, berlari, hingga nanti aku tergolek mati.

Detik-detik perjalanan usia membuat aku kadang buta, kadang lupa. Aku ini siapa? Aku ini kepunyaan siapa? Kuhabiskan saja umurku demi menjaga kulit , urat, dan tulangku berpuas diri. Mereka tak lagi mampu merasa. Sudah tak pernah kuajarkan lagi mereka untuk bisa berdoa. Tak tahu mereka, sebenarnya terbuat dari apa.

Sebenarnya kasih itu sungguh dekat.

Maka ketika aku bangun tidur pagi ini sebelum alarm sempa berbunyi, aku berdiam lesu. Aku menikmati dinginnya fajar, bergulat dengan guling dan bantal. Dan pada suatu detik, aku menyadari cinta dari-Nya. Kasih dan cintanya yang selalu sama, menguraikan air mataku sampai habis. Dia membisikan padaku sebuah janji, dari pengorbananNya untuk menebus aku. Bukan sebuah cinta yang sementara, tapi selamanya.

Di ujung terdiamku, kuingat sebaris lirik sebuah lagu. Kusampaikan pada-Nya kalimat yang sungguh sederhana itu, yang kurasa tak sebanding dengan megah cinta dan kasih dari Dia. Kukatakan dengan
berbisik, “Hidup ini kuserahkan pada mezbah-Mu ya Tuhan dan jadilah padaku seperti yang Kau ingini”.

Menjadi siapapun kita sekarang, menjadi seperti apa kita nanti...semua adalah kuasa Tuhan yang maha penyayang. Dan percayalah, dia selalu memberikan yang terbaik untuk kita.

Tulisan ini aku persembahkan bagi diriku, imanku, dan bagi sahabat-sahabatku yang berulang tahun di bulan ini. Buat Melsa Trinita Situmeang, Skeeter a.k.a Ferry Huang, Ade Juhana a.k.a Abi, Ci Komala, Ci Eva, dan teman-teman semuanya sebagai bahan perenungan diri yang jarang-jarang kita lakukan. sebagai 5 menit waktu untuk mengingat kuasa Tuhan, sebagai ucapan syukur pada Dia. Semoga di usia yang semakin menua, iman kita semakin bertambah, makin bijaksana dan makin dewasa. Amiiin...

No comments: