Tuesday, February 15, 2011

Another Day After Valentine

Mungkin sebagian cokelat sudah habis tertelan, menyisakan sedikit remah di lantai. Mungkin sebagian kelopak bunga mulai melayu, meruntuhkan sehelai daunnya. Atau mungkin beberapa teguk anggur semalam mulai bereaksi, memaksa keluar dari kerongkongan. Sisanya. Semalam yang indah. Bagi Anda. Bagi pasangan-pasangan muda.

Saya tidak merayakannya dalam sebatang cokelat, buket bunga mawar, atau minuman. Saya hanya melewatinya dg segelintir ucapan dari orang-orang terdekat; keluarga dan kekasih. Saya dan pacar makan malam biasa, di sebuah rumah makan biasa, pulang dan menonton televisi hingga tengah malam. Seperti biasa. Hingga sebuah film selesai ditayangkan, kami memutuskan untuk makan (tengah) malam.

Bandung, 15 Februari 2011, pukul 01.15 WIB.

Beruntung bagi kami, kami berdua kost di daerah stasiun yang masih cukup ramai hingga pagi. Tidak perlu repot untuk mencari makan bila benar-benar kelaparan. Selalu ada gerobak bubur ayam, atau nasi goreng, atau ayam bakar, atau perkedel 'bondon' yang siap sedia 24 jam. Ke sanalah kami pergi, berdua, dengan tangan yang tergenggam, di bawah gerimis hujan.

Selesai makan, dalam perjalanan pulang, saya menyaksikan pria, wanita, anak-anak, lelaki renta tidur menghampar di depan pertokoan tanpa selimut dan hanya beralaskan koran. Ada pula penarik becak yang tidur dalam becaknya. Ada tukang kopi yang terduduk lesu di depan dagangan, di sebuah kursi tanpa lengan. Mereka dan dunianya.

Ke mana perginya valentine bagi mereka? Wahai batangan cokelat, mawar merah, dan alkohol, di mana kalian?

Hari ini, sebelum, sesudah, dan seterusnya. Tak ada bagi mereka sebuah hari kasih sayang yang penuh cinta. Hanya sehelai koran, dan bangku kayu yang dingin. Tahun ini dan tahun-tahun berikutnya, 14 Februari tetaplah sama seperti biasa.

Tepat ketika kami pulang, hujan deras tercurah seperti langit yang menguras isinya. Dingin. Dan hari kasih sayang pun telat berkata-kata. Mungkin tahun depan ada cokelat, atau bunga, atau minuman bagi mereka.

Yet, another day has come. After valentine, we could see the same old scenes. Such an irony.

Ketika berbatang-batang cokelat, mawar, dan minuman hanya menjadi bingkai memori bagi pasangan-pasangan mudah, kenyataan hidup orang-orang pinggiran terhampar nyata di depan mata.

No comments: