Tuesday, November 18, 2008

Lagi-lagi tentang HiDuP...

Hidup adalah pilihan dan tantangan. Kita harus memilih tanpa bisa menjadi benar-benar abstain. Sebuah abstain pun adalah pilihan yang kita ambil. Sebuah pilihan untuk tidak menunjukkan apa-apa, merasakan apa-apa, mengatakan apa-apa, atau berbuat satu hal pun atas sesuatu. Kita memilih untuk tidak memilih...

Ketika kita memilih, dengan penuh pertimbangan, ada sesuatu yang kita analisis. Kita timbang baik dan buruknya. Bagaimanakah hasil yang mungkin terjadi ketika kita sudah menentukan pilihan. Inilah tantangannya. Tantangan untuk kita bisa "naik kelas" satu peringkat, melewati ujian hidup. Berat memang, tetapi setiap insan adalah sosok pembelajar.

Saya merasa sangat tertantang untuk memilih sebuah kebenaran. Lebih tepatnya, pembenaran diri... what is mean... sesuatu yang saya anggap paling benar, setidaknya untuk hidup saya. Dan pada akhirnya saya menunjuk satu organ terpenting tubuh saya untuk memilih. My heart!

Mengapa saya menyebutkan dalam bahasa Inggris? Karena itulah bahasa universalnya. Masih ada perbedaan pendapat tentang "heart", antara bagian barat dunia vs dunia sebelah timur (termasuk eropa). Menurut masing-masing kubu, organ yang dimaksud adalah jantung (pemompa darah), sedangkan kubu lain menganggap itu lebih tepat untuk hati (liver). Inilah mengapa orang-orang berbeda menunjuk bagian tubuh mereka ketika mengatakan, "I love u with all of my heart". Orang-orang Amerika menunjuk bagian kiri dada area jantung sedangkan orang-orang timur akan menunjuk bagian diafragma sedikit ke kanan. Yang penting adalah, saya memilih dengan naluri saya, suara nurani dalam diri.

Lalu apakah sudah ada jawaban, yaitu sebuah pilihan atas tantangan hidup saya? Saya dapat mengatakan dengan pasti, bahwa saya sudah memilih. Saya memilih dia. Bukan karena sebuah rasa ketergantungan yang tercipta dari sebuah hubungan. Bukan pula karena apa yang sudah dia berikan untuk saya.

Tapi, saya memilih dia pada akhirnya karena apa yang belum saya berikan dan akan saya persembahkan untuk dia. Sebelumnya, saya telah memberikan perasaan bertubi-tubi. Mulai dari cinta, sayang, kasih, bahagia, kecewa, marah, benci, bingung, dan segala bentuk perasaan yang bisa disampaikan lewat sebuah kata. Tentu saja, dendam bukan salah satu yang saya maksud di dalamnya. Cuma, banyak sekali kata... dan memoar... dan perasaan yang terbentuk dari hubungan ini.

Saya telah menantang dunia, termasuk pada rasisimme, kaum eksekutor warna kulit dan bangsa. Saya menantang masa depan yang akan saya bangun. Perlu diketahui, ini bukanlah keputusan untuk menikah. Pliz God... My dear Lord... saya ingin sekali dilamar, tapi sayangnya belum sempat terjadi. Mudah-mudahan akan terjadi. Saya hanya memilih. Memilih dia untuk saya, bukan lelaki lain, bukan para mantan kekasih, bukan teman-teman sepermainan, bukan pula para aktor gagah yang sering saya lihat di tv. Tapi saya memilih dia...

Dari dulu saya berharap untuk bisa menikahi sahabat karib saya. Sekarang, saya sudah menemukan my very best friend. He is standing next to me. Kekasih saya adalah sahabat yang terbaik (apalagi ditambah kejadian kurang mengenakan saya dengan sobat 4 tahun saya beberapa hari ke belakang). Dan saya pun telah dinikahi jiwanya oleh dia. Secara fisik dan tampak, memang belum (mudah-mudahan segera), tapi sejujurnya hati saya sudah menikah dengan hatinya.

Tragis? Tentu tidak. Karena hidup adalah tantangan dan pilihan. Di balik segala cemooh, pertentangan, penghakiman, saya menerima keadaan yang saya reka sendiri. Kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Saya merasa sudah melewatakn salah satu ujian (ketika terombang-ambing oleh perasaan) dan saya dinyatakan lulus. Akhirnya... saya justru sangat lega, karena ini adalah pilihan yang sulit. Dan tantangan yang akan saya hadapi amat sangat berat. Saya tahu dan saya akan memperjuangkan pilihan saya.

Kita tidak perlu takut akan pilihan dan segenap tantangannya. Mengenai apapun. Apa saja! Pindah kerja, memutuskan resign, perceraian, melanjutkan kembali hubungan, rujukan, memutuskan belajar agama lain, memotong rambut dengan berbagai model, mendaftar les biola, bermain golf ketimbang basket, memiliki keturunan, melakukan operasi, membeli sepatu kerja baru. Apapun bentuknya...

Berbaik hatilah pada hatimu. Jangan pernah sesali semua keputusan. Tantanglah dunia atas pilihan yang kita ambil. Jangan biarkan orang lain yang memutuskan apa yang terbaik untukmu.
Follow your heart...

12 November 2007 - 12 November 2008
For my beloved... For our first anniversary...

1 comment:

4EVER InCraBb said...

Ketika memilih..yakinlah kau mendengar benar suara hatimu... Suara yg disampaikan Tuhan padamu... Bukan karena emosi...Bukan karena kau memang merasa itu paling benar... Biarlah Tuhan yg berbiacara kepadamu...

Ketika memilih...seharusnya pilihan itu adalah pilihan yang akan membawa kita pada kebahagiaan...bukan semata-mata hanya untuk diri sendiri...tapi juga bagi orang lain...karena getarannya akan terasa lebih bermakna...

Hidup memang sebuah pilihan...
Tapi pilihan kita juga tidak akan berjalan baik bila Tuhan tidak mengijinkan pilihan itu...

I hope, U, my dear sister... will get a happy life ever after with that choice... God bless u all the way... :)