Saturday, January 9, 2010

Aku Rindu

Apakah Engkau baik-baik saja? Sudah lama aku tidak menyapa. Tiga kali sehari kita bertemu setiap aku mau makan nasi. Tiap malam, aku merindukan Engkau berbicara padaku sebelum tidur. Aku haus setiap kata yang Engkau sering katakan lewat sebuah buku. Tapi di situ aku jarang menemuiMu. Surat cintaMu hanya aku letakkan di dalam lemari dengan tersia-sia. Maafkan aku.

Bapa, aku ingin bercerita. Kisah hidupku ini aku tahu Engkau pasti sudah mengerti sebelum aku sempat membuka suara. Tapi aku hanya ingin berkeluh kesah saja. Aku ingin menumpahkan kekesalan, kesedihan, ketakutan, keengganan, kemarahan, kepiluan, kesakitan. Tidak hanya itu, aku juga punya rahasia. Rahasia yang hanya Kau tahu setiap alur ceritanya. Biar saja aku bicara, ya Bapa? Tentu Kau punya waktu untuk selamanya bukan? Kau memiliki semua waktu di dunia ini, jadi satu jam yang aku pinta tidaklah seberapa.

Kabarku saat ini bisa dibilang sudah membaik. Berkat Engkau juga. Aku menemukan lagi sebuah harapan untuk hidupku sendiri. Aku melalui setahun ini dengan perjuanganku dan saat ini aku kembali berdiri. Lihat aku! Aku ternyata masih mampu. Tapi Bapaku, sekuat apapun sekarang, ternyata aku masih saja merasa lemah.

Aku bersyukur, semua anugerahMu masih bisa aku nikmati. Saat ini segala kesulitan, masih bisa aku tangani. Aku marah pada orang-orang yang merendahkan aku. Mereka tidak melihat keberadaannku. Cuma Engkau yang memperhatikan. Ada pula mereka yang membuatku sedih. Ada yang meninggalkan. Beberapa lagi membuat sakit hati. Aku bingung harus melangkah ke mana. Aku ingin bisa menghargai hidupku lebih banyak lagi.

Engkau membangun pintu yang gagangnya terlalu tinggi untuk bisa aku raih. Pertama kira tidak mungkin. Tapi ternyata aku masih bisa membukanya. Kau menyelipkan sebuah tangga yang tidak aku lihat sebelumnya. Butuh waktu bagiku supaya aku menemukan tangga itu. Keluar dari pintu, aku menemukan kolam besar yang kau siapkan. Engkau tahu aku tidak bisa berenang. Aku lalu mencari cara. Bapa yang baik, Engkaulah Dia, pernah membekali aku sebuah ban karet. Cuma aku lupa di mana menyimpannya. Dengan tangan terbuka, Engkau menanti aku anakMu di seberang sana. Engkau menunjukkan cara untuk aku bisa melaluinya. Lalu sebuah tali, Kau lempar ke sini. Kau tarik aku dengan perkasa.

Oh, Bapa. Engkau sungguh menganggumkan. Semua ketidakberdayaanku ini membuat aku lagi dan lagi mencari Engkau. Ketika aku jatuh, maka Kau akan ada di situ. Aku seringkali lupa, tapi tak pernah Kau tinggalkan aku. Bahkan seringkali Kau tepuk pundakku yang lesu. Kau katakan bahwa Engkau mencintaiku. Sejujurnya, aku juga sangat mencintaiMu. Maka semua yang kau berikan adalah bentuk kasih. Kau cobai aku supaya aku menjadi pribadi yang lebih kuat lagi. Tidak mungkin salah. Engkau mengenali aku lebih baik dari diriku sendiri.

Sekarang aku ingin Kau bercerita. Katakanlah padaku apa saja. Sedikit juga tidak apa-apa. Aku sudah lelah menangis dan mengadu. Aku ingin mendengarMu bicara padaku. Apa kabarMu? Apa Kau merindukanku juga? Apakah kesalahan yang aku perbuat? Berceritalah Bapa. Agar aku mengerti Kau ada di sebelahku saat ini.

Bapa, aku merindukanMu...

4 comments:

Unknown said...

*no comment*

lidya Agusfri said...

bwehehehe...

4EVER InCraBb said...

Gosh, this one is the best.. *while listening Dalam kasih-Mu Bapa, strenghten the feeling, wew..*

lidya Agusfri said...

Dalam Kasih-Mu Bapa...very nice. Thanks for remembering your dear one and only God. Cheers.