Tuesday, April 13, 2010

*Tak Berjudul

Masa lalu tidak berhenti mengejar saya hingga saya lelah. Terduduk saya di sofa abu-abu kesayangan dan menghilang ke balik buaian pikiran. Saya teringat kenangan, yang tidak seharusnya terus saya kenang. Saya berandai mimpi, yang tidak semestinya selalu saya impikan.

Memang betul, saya merasa lelah. Tapi betul juga kata salah seorang sahabat saya. Dia bilang, saya jarang menyentuh tanah. Saya melambung dan selalu ingin terbang tinggi dalam khayalan dan kenangan dan andai-andai dan mimpi yang saya buat sendiri. Mengapa? Saya juga tidak terlalu mengerti. Mungkin sebagian dari diri saya masih ingin tinggal dalam masa lalu. Atau mungkin juga, sebagian dari diri saya berharap bisa menjumpai diri saya di waktu itu.

Saya keji. Kadang-kadang begitu. Saya merasa bahwa dunia ini sering bisa saya putar balik, saya injak-injak, dan tidak saya hargai dengan baik. Saya ingin memangsa lelaki-lelaki, mereka dengan gender yang membuat saya merasa putus asa. Okay, saya salah. Bukan lelaki-lelaki, tapi hanya satu pria. Dia. Bagaimana mungkin saya bisa membalas dendam, sementara kedamaian yang saya cari sebenarnya berasal dari diri sendiri. Sedangkan untuk harus melupakan, sangat tidak mungkin rasanya. Mungkin memang saya pernah memaafkan dia, tapi tidak mungkin bagi saya untuk bisa lupa. Dia adalah kenangan yang saya jaga, yang saya sapa setiap pagi, yang saya doakan setiap malam, yang saya pikirkan sepanjang perjalanan, yang menempel dan saya biarkan tumbuh berkembang dalam hati. Walaupun hati itu juga saya pagari. Dia tetap saja merambat, karena betul, memang betul saya yang memupuknya.

Tolong pinjami saya gunting dan arit.

Ingin memotongnya.

Saya putus asa.

Kata mereka, saya gila.

Tidak pernah satu kali pun, ada niat untuk mencelakai orang lain. Tidak pernah saya ingin menyakiti perasaan orang lain. Ketika ada yang berprasangka kepada saya, lihatlah sekali lagi. Prasangkamu atas prasangka ini membuahkan sebuah lingkaran yang menyulitkan kita semua. Jadi tolonglah. Saya bukan ingin dimanjakan, saya tidak mau mencari pelarian, saya juga malas untuk berpura-pura. Saya cuma ingin dimengerti, bahwa keadaan ini akan membaik nanti. Nanti, kata saya. Apabila ada yang lebih berbaik hati, tolong pinjamkan saya gunting dan arit. Itu akan lebih membantu saya dan hubungan kita.

Jadi mana gunting dan aritmu?

No comments: