Friday, March 5, 2010

Putri Sumpit

Di sebuah negri yang jauh, di balik pelangi yang bersemu warna kuning saja tanpa enam warna lainnya, di atas bukit yang berbentuk seperti jamur, dengan hutan berisi pohon-pohon bergantung terbalik dengan daun sebagai akar, dan akar sebagai pucuk dedaunan.

Negri yang jauh itu bernama Negri Sumpit. Ada sekitar lima ratus mahluk berwujud manis, memakai topi-topi kerucut di atas kepala mereka. Laki-laki dan perempuan dibedakan dengan warna. Para lelaki berwarna ungu cerah dan wanita berwarna merah muda. Pakaian mereka terbuat dari segitiga-segitiga kecil yang tertata rapi menjadi sehelai pakaian. Segitiga yang berwarna-warni, berkilauan ketika terkena cahaya matahari dan berpendar di kegelapan. Ujung kaki mereka runcing seperti moncong tikus, kecil dan tertutup sepatu dari kelopak teratai. Dan begian kepala. Bagian kepala mereka, adalah sumpit yang tertancap dengan manis di ubun-ubun, menjulang dari balik rambut dan topi para lelakinya.

Seorang raja yang memimpin Negri Sumpit memiliki sumpit kepala paling besar di antara semuanya. Tidak pernah seorang pun yang bisa menandingi kebijaksanaan raja. Raja sumpit sangat baik hati dan menyintai rakyatnya. Rakyat Negri Sumpit pun menghormati raja sehingga setiap bertemu raja, mereka memegang ujung kepala sumpit masing-masing dan berlutut di hadapannya.

Negri Sumpit sangat makmur. Penduduk negri ini memiliki keahlian khusus untuk membuat mie. Setiap perempuan, laki-laki, anak kecil, dan dewasa, mampu membuat mie yang sangat lezat. Kelezatan mie yang dibuat oleh Negri Sumpit terdengar sampai ke seluruh penjuru. Mereka membuat mie ayam, mie bakso, mie pangsit, mie telor, mie rasa pizza, mie rasa bbq, mie rasa jeruk, mie rasa coklat, dan berbagai macam mie. Setahun sekali, di penghujung musim hujan stroberi, mereka akan mengadakan festival mie. Setiap penduduk menyumbangkan mie buatan mereka untuk bisa dicoba oleh penduduk negri lain. Dan mie yang mereka sajikan tidak ada yang sama.

Selama sembilan bulan, ada sembilan musim hujan dengan hujan yang berbeda-beda. Irisan sosis, biji kopi, manik-manik, gula, susu, gelembung sabun, biji jagung, kelopak mawar, dan stoberi. Sebulan berikutnya adalah musim hujan air yang sangat basah kemudian dua bulan kemarau yang menguapkan semua tetesan hujan sehingga tanah mereka kering kembali.

Bulan ini adalah awal musim hujan kelopak mawar. Baru sedikit saja kelopak mawar yang turun. Semua penduduk sedang menghadapi kebingungan luar biasa karena kurang dari dua bulan mereka harus menyiapkan mie yang akan diikutkan ke festival. Tahun ini, beberapa di antara mereka sudah mengumumkan mie yang akan dibuat. Menu tersebut ditempelkan di depan rumah masing-masing, sehingga penduduk lain dapat melihat dan menentukan mie yang lain yang akan dibuat.

Di dalam istana raja, Sang Raja pun bingung. Tahun ini adalah tahun kelima festival tanpa ratu. Biasanya, Ratu lah yang akan meresmikan festival mie dengan mengangkat sepasang sumpit tinggi-tinggi lalu membunyikan lonceng dengan sumpit yang ada di kepalanya. Ratu sumpit sudah tiada karena sakit dan meninggalkan raja dengan seorang putri saja. Putrinya kini sudah berusia dewasa, dan Raja sangat ingin mencarikan pasangan untuknya supaya kelak mereka bisa meneruskan memimpin kerajaan. Seharusnya tidak ada tahun keenam festival mie tanpa seorang ratu. Seharusnya tahun depan, putrinya sudah bisa meresmikan festival dengan membunyikan lonceng menggunakan sumpit di kepalanya yang berbentuk sangat cantik.

Putri sumpit memiliki nama, Raisha Sumpitfri. Putri Raisha sangat anggun. Sumpit di atas kepalanya memiliki ukiran yang indah. Selain cantik, putri juga cerdas. Putri selalu bisa memasak mie dalam waktu sangat singkat dan enak sekali rasanya. Tahun ini putri belum menyiapkan resep untuk festival bulan depan. Di tengah kebingungannya, putri menemui raja yang sedang bersusah hati.

"Ayahanda, aku tidak tahu harus membuat mie apalagi tahun ini. Apakah Ayah bisa memberikan ide untukku?" Katanya menghampiri Raja di singgasana.

"Oh, putriku yang cantik dan bersumpit indah. Ayahanda sedang tidak bisa memberikan ide kepadamu. Sesungguhnya Ayah pun bingung dan memiliki pikiran yang mengganggu saat ini."

"Katakan kepadaku, Ayah. Apakah gerangan kebingungan Ayah itu? Aku siap membantu Ayah untuk menghadapi masalah apapun."

Lalu Raja menggenggam tangan sang putri dan menceritakan semua keluh kesahnya. Putri Raisha terkejut, tidak menyangka bahwa Raja ingin mencarikannya seorang pasangan. Putri pun ikut bingung, karena ingin membahagiakan ayahnya. Tapi putri tidak pernah jatuh hati kepada lelaki manapun di negri itu. Sang putri setiap hari hanya belajar teknik memasak mie yang baru, belajar melukis, menyanyi, bermain alat musik, berpuisi, dan membantu Raja mengawai Negri Sumpit.

Putri memikirkan matang-matang rencana Sang Raja dan memutuskan untuk bersedia dipasangkan dengan calon pilihan ayahnya. Sore hari cerah, setelah hujan kelopak mawar sebentar, Putri Raisha lalu berjalan-jalan keliling Negri Sumpit sendirian. Ia terus menelusuri sungai mentega dengan pikiran yang meliar. Tanpa disangka, Putri sudah melewati batas Negri Sumpit dan tersesat di dalam hutan. Tidak lama lagi, matahari akan tenggelam dan malam pun segera tiba.

Putri terus melangkah hati-hati setelah sadar telah tersesat. Burung-burung hutan yang bersayap kelopak bunga lili melintas di atas hutan. Suara bambi yang mendengkur terdengar makin jelas. Laba-laba hutan yang membentuk jaring perak tersebar di pohon-pohon terbalik raksasa. Putri terus melangkah dan melangkah mencari jalan pulang tapi terus semakin tersesat menjauh dari negrinya. Teriakan putri hanya bergaung dan menggema di dalam hutan. Malam pun turun. Putri merasa sangat lelah dan berhenti di bawah salah satu pohon terbalik. Ia duduk di sana dan menangis. Ia menangis dan terus menangis hingga tertidur.

--
Sebagian dongeng yang belum selesai
Tj.Duren, 7 Maret 2010

No comments: