Tuesday, May 4, 2010

Hujan Tengah Malam dan Doa pada Tuhan

Tuhan yang pemurah, titik-titik air yang jatuh ke tanah yang kemudian meloncat-loncat kegirangan di bawah sana, yang menciptakan riak kecil pada tepi jalan, aku syukuri pada malam ini. Mengalirlah sampai ke ujung, terus turun pada selokan yang landai, membawa hatiku jatuh dan berderai. Aku mencintai Engkau.

Malam ini basah. Begitu basah sampai aku harus memeras hatiku yang kebanjiran. Terlalu penuh cinta yang dicurahkan padaku. Engkau sungguh baik. Kau mengisi aku dan memenuhi aku berkali-kali, bahkan ketika aku menjadi pelupa. Tangan yang perkasa itulah yang kembali membawa aku pulang, berlabuh pada-Mu.

Ah, hujan. Selalu saja hujan yang menyuarakan kecintaanku pada-Mu. Mungkin harus kutanyakan pada ibu, apakah aku lahir saat turun hujan deras. Suara-Mu mengalir di telingaku bersamaan dengan gemericik air yang menabuh bumi. Aku ingin merasakan aliran air yang sesungguhnya, yang jarang kurasa saat ku basuh tubuh ketika mandi. Aku ingin merasakan tetes-tetes hujan yang berlomba turun dari dahi hingga ujung kaki. Aku ingin merasakan Engkau.

Air mata hatiku tidak bisa membanjiri lahan di bumi, seperti Engkau yang menyuburkan dunia yang kering. Aku menangis bukan karena kesedihanku, bukan karena putus asa, bukan juga marah atau benci. Aku menangisi siapa? Haruskah aku mengaku bahwa aku sungguh tidak berdaya? Aku berpasrah. Aku mengadukan hidup dan matiku, Tuhan. Engkau pencipta alam. Semoga sudilah Kau mendengar. Dan kupercaya, tak ada air mata yang sia-sia. Kau akan mengganti curahan kepedihanku dengan cinta-Mu.

Amin.

--
In the middle of rain
Home, 4-5-2010

No comments: