Wednesday, May 5, 2010

Masa Kecil



Ada sebuah album warna merah yang sedang menganggur di lantai kamar saya. Di dalamnya banyak sekali gambar-gambar yang bercerita. Sebagian besar, saya kumpulkan ketika masa kuliah. Waktu itu saya terobsesi membuat sebuah kolase foto yang membanggakan yang ternyata sampai sekarang belum kesampaian. Seperti biasa, alasan yang paling benar untuk membenarkan diri saya adalah istilah 'hangat-hangat tai ayam' alias semangat di awal saja.

Karena sedang inisiatif tinggi membersihkan kamar, terjadilah hal itu. Saya kembali bernostalgia dengan masa lalu. Waktu itu saya tinggal bersama dua kakak perempuan yang keduanya badung bukan main. Adik saya belum lahir, belum sempat melihat kelucuan kami-kami waktu kecil. Karena itu juga, saya ingin mengumpulkan koleksi foto supaya adik saya bisa mengetahui dan bangga dengan kami para pendahulunya.

Masa kecil saya biasa saja. Kami tinggal berlima di sebuah rumah yang terbuat dari kayu. Ada tiga kamar dua kamar yang besar-besar di situ. Saya berbagi tempat tidur dengan kedua kakak dan orang tua kami tidur di kamar utama. Saya ingat betul, satu-satunya lemari yang memadai adalah sebuah lemari kayu. Sisanya hanya lemari plastik yang kecil dan tidak indah. Di ruang tamu, sebuah sofa berwarna merah dan bergambar burung cendrawasih adalah satu-satunya tempat 'leyeh-leyeh'. Tapi rumah kami besar, luas dan lengkap dengan halaman plus pohon buah-buahan. Saya biasa bermain di halaman karena gerbang rumah tinggi dan selalu terkunci. Saya dilarang bermain di luar, apalagi dengan tetangga. Ya, kami mahluk antisosial saat itu. Cuma beberapa sepupu yang rumahnya tidak jauh dari situ yang diizinkan menjadi teman main kami.

Dengan keterbatasan teman, saya sering menciptakan permainan-permainan yang tidak membutuhkan peserta. Biasanya saya masak-memasak dengan alat seadanya. Waktu itu, mainan plastik masih tergolong mahal, apalagi dengan tema masak-masakan. Saya biasanya memasak tanah, daun pohon jambu, bunga belimbing, dan apa saja yang saya temukan di halaman. Pernah suatu hari, jari saya teriris dan saya ceburkan begitu saja ke dalam baskom. Alhasil, air dalam baskom penuh dengan darah dan berubah warna. Mama tentu saja shock waktu melihatnya. Tapi tetap saja, air mata saya yang bercucuran tidak meluputkan saya dari marah-marahnya. Kadang, saya bermain 'kubur-kuburan'. Terus terang, ini adalah permainan favorit saya. Saya akan membuat pekuburan mini di dekat pagar, lalu mencubit-cubit kelopak bunga jadi kecil untuk ditaburkan di atasnya, membuat nisan dari lidi. Setelah satu kuburan jadi, saya berpura-pura menjadi salah satu pelawat yang menangis di depan makam. Saya betul-betul bisa menangis saat itu, seperti merasakan kehilangan yang sesungguhnya. Ah, kacau! Ternyata bakat acting saya dulu tidak dilirik oleh produser manapun dan menjadikan saya pemain film.

Tapi dulu, saya sungguh bahagia. Sepertinya masa kecil saya tidak serumit sekarang. Ke mana perginya kesenangan saya waktu dulu? Saat ini saya seperti kehilangan masa-masa itu. Dan bernostalgia selalu berhasil membuat saya kembali bersemangat. Walaupun kami adalah keluarga keturunan tionghua yang kurang bersosialisasi, tapi saya masih ingat kegilaan-kegilaan kami dulu sangatlah menyenangkan. Rasanya ingin kembali ke sana.

Sekarang rumah saya sudah berupa rumah modern dan berada di perumahan yang cukup bagus. Pernah beberapa tahun yang lalu, saya melihat rumah itu lagi. Pohon jambunya masih ada di halaman depan. Pagarnya sudah usang dan rumahnya total tidak terawat. Sayang, sudah bertahun-tahun tidak ditempati. Tetapi kenangan saya yang tertinggal di dalamnya, saya harap masih bisa saya rasakan sampai nanti.

Dua buah foto masa kecil akhirnya saya upload di social media. Saudara-saudara saya tertawa senang. Saya harap mereka juga bisa merasakan dan bernostalgia dengan masa lalu yang lucu. Masa kecil memang menyenangkan untuk dikenang, bukan?



--
Nostalgia selamanya bahagia
Home, 5 Mei 2010

No comments: