Sunday, July 12, 2009

Hubungan antara perempuan-lelaki, atau pacaran-lingkungan???

Duniaku seperti jungkir balik. Persis roller coaster, dibanting ke kiri, ke kanan, diangkat ke atas, didorong ke bawah, jumpalitan tidak kenal sisi mana yang dituju. Perasaanku tidak bisa dikendalikan. Aku bimbang.

Ada yang bertanya pada saya kemarin, apa betul saya mencintai pria satu itu? Cinta? Saya tidak mudah mengatakannya. Cinta itu mungkin sudah susut. Sama seperti kayu yang sudah habis diserut. Lama-kelamaan, tidak lagi tertinggal bentuknya yang utuh, kaku, seperti sebatang kayu. Yang tersisa hanya serutan-serutan kayu, yang berserakan, yang mungkin sudah tidak lagi berguna. Dalam salah satu tulisan, saya mengatakan... "hati layaknya tanaman, yang tidak bisa tumbuh subur jika tidak dirawat. Dia bisa mati jika ditinggal pergi, tidak disiram, hanya disimpan. Hati butuh matahari, sinar yang tidak bisa dia hasilkan sendiri."

Merasakan hati yang sulit mencintai lagi, tidak mudah bagi saya. Menyakitkan karena tiba-tiba kita bisa hilang rasa, "ilfil" kalo kata orang-orang bilang. Entah mengapa dan bagaimana prosesnya. Pernahkah anda, di suatu hari ketika bangun pagi, merasakan bahwa dunia anda tidak lagi sama? Ada yang kosong, ada yang tercecer di suatu tempat, tidak bisa kita temukan kembali. Lalu di hari itu, anda benar-benar malas melakukan segala sesuatu. Anda tidak menyapa pasangan anda, tidak membuat kopi untuk suami tercinta, tidak menyiapkan sepatu untuk suami berangkat kerja, atau tidak pula mengucapkan salam dan memberi kecup sayang kepada istri ketika meninggalkan rumah. Ada yang tahu mengapa? Sebagian mungkin mengatakan, karena kebosanan dan menghadapi rutinitas yang sama setiap hari, kita bisa saja menjadi tiba-tiba tidak punya rasa. Lha...lalu bagaimana dengan saya?

Bosan sudah pasti harus dicoret dari daftar pilihan jawaban untuk kasus saya. Mana mungkin hubungan yang baru seusia minggu bisa terjebak dalam neraka kebosanan? Tampaknya ada alasan khusus untuk itu. Harus bagaimana bila kita tidak tahu apa yang sebenarnya merusak "perasaan" sungguh-sungguh ini? Saya harus tahu. Tidak peduli saya harus bertapa atau menyepi, demi mencari jawabannya. Bila sudah ada alasan, sudah tentu ada jalan keluar yang bisa mengatasi "huru-hara" batin saya.

Pagi ini saya mengecek facebook. Ada foto-foto saya dan pasangan berikut komentar-komentarnya. Gila, semua orang ternyata sangat perhatian dengan hal ini. Concern sekali, sampai2 mendoakan hubungan kami. Saya baru sadar bahwa sebuah hubungan tidak hanya ada antara dua orang yang menjalaninya saja, tetapi juga bagi mereka yang berada di luar dunia "hubungan khusus"nya. Bisa keluarga, bisa sahabat dan orang terdekat, bisa teman-teman, rekan kerja, atau hanya kenalan lama. Banyak orang lalu ingin tahu perkembangan terbaru, ikut bersorak sorai ketika tanda "jadian" lalu muncul sebagai status terbaru, ikut mendoakan (walaupun ada yang hanya sekedar basa-basi, ada pula yang sungguh-sungguh), ikut sedih bila ternyata hubungan itu tidak berhasil dan putus di tengah jalan. Kita betul-betul terikat dalam society yang katanya bangga dengan status "kekeluargaan". Hah! Tanpa disadari, kita jadi terbawa dalam suasana "wajib menjunjung tinggi harkat, derajat, dan martabat demi kehidupan sosial". Beberapa pasangan, yang sudah menikah juga, tidak berani memutuskan untuk berpisah karena faktor keluarga dan sosial lainnya. Padahal keduanya sudah tidak memiliki kecocokan satu sama lain. Beruntunglah mereka yang pada saat ini sudah tidak lagi demikian,yang pelan-pelan mati dalam tumpukan "nama baik".

Saya juga bingung kenapa hal ini lalu menjadi sedemikian besar, melibatkan banyak orang dan banyak cerita. Sampai-sampai saya ngomong tidak keruan, ngalor-ngidul dalam postingan saya kali ini. Apakah memang sebuah hubungan tidak bisa tulus antara dua orang, tanpa melibatkan orang lain? Ketika ada masalah, keduanya tidak peduli dengan anggapan, sanggahan, pemikiran, cap negatif, yang orang-orang akan berikan kepada mereka. Bila memang harus berakhir, adakah cara yang baik dan tidak menyakitkan bagi semua pihak? Bila memang harus selesai, ke manakah kenangan dan romansa lalu disimpan atau dibuang? Mudah-mudahan hubungan saya ini bisa diselamatkan. Kuserahkan hanya pada Tuhan....

No comments: