Tuesday, August 11, 2009

Jangan Berhenti Berharap

Ada kalanya kita merasa lelah dan menjadi sangat tidak berdaya. Ada kalanya pula kita menjalani hidup dengan setengah hati, setengah jiwa, setengah mati malahan. Ada kalanya kita mencuri-curi waktu untuk mengamati rencana yang tertunda, yang sudah tidak tercapai, atau yang terlupakan.

Seperti halnya pohon besar yang dulunya hanya tanaman kecil, tanpa batang dan akar yang kokoh sebagai pondasinya, kita juga pernah tidak memiliki daya yang kuat untuk menjadi sesuatu yang kita harapkan. Lalu perjalanan waktu, dibantu dengan cahaya, air dan komponen lain, maka tumbuh dan berkuasalah dia dalam hutan yang asing. Maka bersahabatlah dia dengan penghuni-penghuni kehidupan dan merindangi alam.

Proses mendewasakan kita. Entahlah quote yang diciptakan oleh siapa. Tetapi saya sangat menghargai kalimat sederhana tersebut. Proses membuat kita belajar. Belajar mencapai impian. Belajar menghadapi kegagalan. Belajar melihat kenyataan dan menerimanya sebagai suatu kemenangan diri. Tidak pernah kita berhenti, kita berlari di sepanjang pita waktu yang tertulis berbagai proses dan peristiwa di atasnya. Kita pun menorehkan warna-warna, entah yang kelabu, merah membara, kuning bersemangat, atau biru. Tak mungkin kembali pada pita yang tergulung rapi sebagai kitab hidup kita, sebuah jejak nyata bagi pribadi masing-masing.

Lalu tiba pula ganjalan-ganjalan kecil atau besar yang menghalangi langkah kita. Kita seakan-akan dibuat tidak berdaya karenanya. Si pita tersobek di bagian sana dan sini. Lalu kebingungan menyergap kita berkali-kali. Rasa bimbang membuat kita tergelincir, menoleh pada harapan yang kian menjauh. Padahal itu hanyalah sebuah batas. "Batas" itu mampu ditempuh, mampu kita jangkau bukan?

"Maka di manakah harapanku? Siapakah yang melihat adanya harapan bagiku?" (Ayub 17:15)

Harapan itu masih ada. Ada pada Dia, sang khalik pencipta langit dan bumi. Maka Ia memberi kita sebuah pengharapan baru, kepada para ciptaan-Nya jika kita menjadi setia dan berdoa memohon pada-Nya.

"Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan." (Amsal 13:12)

Siapa yang tidak ingin hidup yang menyenangkan? Siapa yang tidak ingin segala kebutuhannya tercukupi? Siapa yang tidak ingin keinginannya terkabulkan? Maka tidak kamu, tidak juga saya, yang tidak ingin demikian.

Hari ini, beberapa rekan saya bercerita tentang masalah hidup mereka. ada pula yang merasa menjadi manusia yang paling worst sedunia. saya sampai geleng-geleng kepala. Bukannya membohongi diri sendiri, saya berusaha jujur kepada semuanya. saya katakan pada mereka, bahwa tiap orang pasti pernah mengalami kegagalan, kekecewaan, begitu pula saya. Saya juga tidak luput dari kesalahan dan sempat mengalami masa-masa sulit sepanjang hidup saya yang sudah menumpang hidup 23 tahun di dunia. Saya ceritakan lagi, mengingat lagi masa lalu yang kelam, membuka lagi berbagai lubang hitam di hati yang selama ini sudah saya simpan. Tidak mengapa, karena saya ingin menyampaikan pengharapan pada mereka. Saya ingin menyampaikan bahwa segalanya pasti akan berlalu juga. Dan pada saat itu, nanti, kita akan tersenyum-senyum sendiri menyaksikan kembali betapa bodohnya kita yang saat ini menyesali diri. Kita seperti menggali dan menguburkan diri sendiri. Ini adalah ruang yang kita buat, lalu kita tutup supaya kita tidak bisa merdeka.

Kepada engkau para sahabat jiwa, aku sampaikan... Segala pengharapanmu itu tidaklah cukup berhenti sampai di sini. Engkau masih boleh berharap, masih boleh bermimpi. Harapan itu tidak hilang, mungkin engkau lah yang menyembunyikan, atau lupa di mana kau simpan. Harapan itu tetap ada, teman. Biarlah Tuhan memberikan jalan. Maka kepada kalian semua aku katakan...

Jangan berhenti berharap...

No comments: